Pemuja

Pemuja

 


Alunan musik pop classic mendomininasi ruangan kayu. Suasana vintage membuat nyaman berada di sini. Meja kayu di sudut kiri. Beberapa lelaki sedang duduk dengan menatap laptop masing-masing. Satunya lagi sedang asik menonton anime di layar kecil hp nya. Sedangkan aku, sibuk mengarahkan jari-jari tangan yang menari di atas tombol keyboard


Huffft. Aku menghela nafas panjang. Sangat dalam. Ada sesuatu yang menghantui pikiranku belakangan ini. Tapi justru menjadikanku lebih produktif dalam menulis. Hampir setiap hari aku mulai menulis, mendeskripsikan setiap jengkal yang ku rasakan dalam kata-kata. Jatuh cinta.

 

Aku mengambil Hp, membuka Instagram dan mulai menjelajahi dunia maya ini. Andai Instagram itu sebuah dunia, mungkin banyak sekali pemuja dan orang terkenal di sana. Aku melihat sebuah video, seorang wanita berperawakan UK, aku menghentikan jariku. Aku memperhatikan video itu hingga selesai. Huffttt. Aku kembali menghela nafas panjang. Aku mengulangi video itu, berkali-kali dengan rasa kagum dan bahagia. Lalu ku tutup gawai ku. Menyenderkan badanku ke belakang kursi. Menghadap ke atas, dan merasa kasihan pada diri sendiri.

 

“Adilkah bagi kita yang mengagumi bahkan takkan pernah diketahui,” gumamku.

 Aku kembali menghela nafas berkali-kali. Membayangkan wajah yang selama seminggu terakhir menjadi topik utama dalam kepalaku. Ini meresahkan. Menggangguku. Tapi aku menyukainya. Keahlianku, mengagumi.

 

“Bisa gila aku,”. “ Tidak,tidak, ini hanya sementara, sebentar saja untuk saat ini, setelahnya aku akan melupakannya dan jatuh hati pada yang lain. Ya, aku hanya perlu menunggu beberapa saat,”. Gumam ku dalam hati.

 

Aku terus memberikan dukungan pada diriku, berharap aku bisa bertahan menghadapi perasaan in. Dengan bayang-bayangnya yang selalu muncul dan meluluhkan hatiku hanya karena aku melihat tingkah lakunya.

 

“Oh, tidak, jangan jatuh cinta,”.

 

Nyatanya aku mendapati diriku masih terjatuh dalam palung harapan padanya.

Aku pulang, meluruhkan semua yang meelakat di badanku, hanya tersisa sebuah kaos oblong putih dan celana boxer kesukaanku.

 

Aku masuk ke kamar mandi. Ku hempaskan baju basahku ke lantai, ku tumpahkan beberapa tetes sabun berwarna biru yang harum.

 

“Mana mungki Rey, kamu hanya seorang budak yang mencuci baju dengan tangan, sedangkan dia, bahkan sabun ini pun tak pernah menyentuh tangannya,”

 

“ Oh Tuhan, Aku benar-benar gila. Bagaimana bisa aku jatuh hati pada bidadari. Bisa, aku bisa jatuh hati pada bidadari, hanya saja tak mungkin bidadari akan mau masuk ke dalam kehidupanku yang tak berarti,”.

 

Aku menyikat baju dengan sendu. Ya, dengan menghayal dan membayangkanmu. Aku ingat pernah jatuh cinta pada seseorang karena rambutnya. Ya, aku memang selalu jatuh hati dari rambut seseorang. Hal yang sangat simple untuk disukai. Rambut hitam sedikit berwarna pirang itu tampak bergelombang. Sesekali kau seka dengan mengayunkannya ke samping. Tampaklah sudah keseluruhan wajahmu yang selalu ku puja. “ Apa yang aku suka dari mu? Aku pun tak tau,” tak ada jawabanya.

 

Aku selalu bertanya-tanya apa yang akan aku lakukan jika aku bertemu denganmu. Meski aku sadar jarak kita 2.334 km, 1.450 mil, 1.260 mil laut. Mungkin aku hanya akan terdiam. Menatap dan menatap. Karena bertemu dan tak bertemu bagiku sama saja. Aku tetap pemuja, hanya aku yang akan mencinta, bukan dicinta. Karena takkan ada cinta untuk budak kata, kau hanya akan hidup dalam setiap karyaku, bukan dalam hidup yang nyata bersamaku. Andai saja semua menjadi nyata, maka mungkin aku akan menjadi hamba Tuhan yang paling taat. Jika tidak, aku sudah tau harus apa karena ku sudah terbiasa, terbiasa memuja.

 

Aku bahkan tak cemburu melihatmu beradu acting dengan yang lain. Meski aku pernah berfikir bagaimana menjadi dia. Seindah apa bersamamu. Menatap wajah dan bibir indahmu dari dekat. Membelai rambut dan pipimu yang halus. Tapi ku sudahi semuanya. Aku sadar, aku hanya satu dari berjuta manusia yang menginginkan tempat sepertinya di sisimu, tapi kau pun memilihnya. Bagaimana akan ada aku?

 

1 komentar

  1. Pemuja rahasia mampu menuang segala rasanya dlm bentuk kata, namun saat bertatap mata kebanyakan dari mereka hanya bisa terpaku dalam buaian pesona.
    by : ponakan om

    BalasHapus