Aku Pernah Bercita-cita Part 2

Aku Pernah Bercita-cita Part 2





..Cita-citaku sekarang adalah menggapai cita-cita orang tuaku,cita-cita mama dan cita-cita ayahku. Itulah kenapa, aku tidak lagi memiliki cita-cita sekarang, jadi apapun yang dicita-citakan mereka, adalah cita-citaku.

 

***

 

Bukan tanpa alasan, tapi kali ini akan aku paparkan kenapa aku justru memilih untuk melakukan itu. Bahkan mungkin tanpa persetujuan kedua orangtua ku. Iya, ini keputusan yang murni dari akal fikiranku sendiri.

 

Kalau dipikir-pikir bukankah jika aku melakukan keinginanku sendiri lalu mengapainya lalu hidup bahagia, tentu kedua orangtua ku akan ikut bahagia melihat buah hatinya bahagia. Tapi, bagaimana jika teori itu dibalik, kita sebagai anak akan bahagia ketika melihat orangtua kita bahagia. Jadi sudah tentu saatnya kita untuk membuat mereka bahagia.

 

Aku sendiri lelah rasanya baru saja sekitar 3 tahun belakangan fokus mencari uang untuk menghidupi diriku sendiri. Bayangkan lagi mereka yang hampir seluruh sisa hidupnya bekerja keras untuk membahagiakan anak-anaknya. Memberikan apapun yang kita mau dan kita butuhkan.

 

Apa salahnya jika, mereka memiliki tujuan hidup membesarkan kita dan memenuhi semua yang kita butuhkan, kali ini kita bertujuan untuk memberikan apapun yang mereka inginkan dan mereka impikan dari dulu yang bahkan apabila bukan karena kita, mereka sudah bisa menggapainya sekarang. That’s what I’m thinking.

 

Aku bahkan pernah berfikir, seandainya saja dulu aku berbohong kepada orang tuaku. Seandainya aku berbohong tentang aku yang menjalani pendidikan di universitas, bayangkan jika semua biaya kuliah dan biaya hidup itu justru aku gunakan untuk membangun bisnis, dan aku hanya berpura-pura seolah-olah kuliah. Mungkin ketika aku menyelesaikan kuliah yang seharusnya selama 4 tahun aku sudah memiliki sebuah bisnis yang lumayan dengan kurun waktu itu.

 

Tapi akan ada dua kemungkinan. Kalian juga pasti akan memikirkannya. Pertama, bisnis akan berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan. Sukses, berhasil dan berjaya, tapi aku bukan sarjana. Kedua, bisnis bisa jadi tidak berjalan dengan lancar karena aku tidak memiliki teori yang bagus tentang bisnis, termasuk kurang bagus dalam bergaul dan mencari teman apalagi bertanya tentang bisnis kepada orang asing, akhirnya gagal dan aku tetap bukan sarjana.

 

Oh, come on. Nyatanya sekarang aku kuliah dan menjadi sarjana, dengan tidak membohongi mereka. Padahal aku ingin sekali melakukannya, maksud ku membuka bisnis, tapi bukan dengan kebohongan, hanya saja mereka tidak harus tahu sebelum semuanya berhasil.

 

Tapi aku bukan tipe orang yang bisa membohongi orang tua ku, bagaimanapun akan ketahuan. Entah kenapa aku berfikir berbohong kepada orang tua akan selalu membuatku menyesal dan menjadikanku sebagai orang paling berdosa. Jadi, aku hanya berusaha menutupi, bukan membohongi.

 

Jadi ya, sekarang aku putuskan menjadikan orangtua ku sebagai motivasi terbesar hidupku. Bahkan apabila nanti mereka sudah mendapatkan semua yang diinginkan, dan aku mampu mewujudkan semuanya, aku tidak tau harus apa lagi. Karena setelah itu, mungkin aku akan mengatur kembali motivasi terbesar dalam hidupku. Sebab tanpa motivasi, hidup yang kita lalui akan sangat membosankan, hanya seperti hidup menunggu ajal. 😉


3 komentar

  1. kayaknya kalo melibatkan oran tua dalam bisnis akan lebih menyenangkan ga sih?

    BalasHapus
  2. Aku gabisa bohong,tapi bisa mengalihkan 🌚

    BalasHapus