Ketika Mata Ie Berhenti Menjadi Mata Air

Ketika Mata Ie Berhenti Menjadi Mata Air



Beberapa orang tampak masuk melalui pintu gerbang kecil itu, tak ada penjaganya meski di tengah pintu masuk tepat berada pos penjagaan kolam Mata Ie. Matahari sudah bersembuyi dibalik bukit, suara lantunan ayat suci Al-quran pun terdengar sayup-sayup dari kejauhan. Namun beberapa orang masih lalu lalang melewati kolam tak berair.

Air lumpur bercampur sampah dan dedaunan gugur masih menggenang di bawah pohon di sebuah kolam berbentuk persegi panjang yang menjurus jauh ke depan.


Di bawah kaki gunung tampak bebatuan yang berhimpit dan dipagari besi. Tak ada suara air, hanya suara dedaunan yang bergoyang digelantungi monyet.

“Disana mata airnya”. Jelas seorang remaja perempuan sambil menunjuk ke arah bebatuan tersebut.
Fatma Aulia(21), seorang pengunjung yang mengaku sering mengunjungi lokasi tersebut mengaku terkejut melihat lokasi tersebut kering. Air yang biasanya mengalir deras tak henti-hentinya kini hanya tinggal bayangan.

“Biasanya airnya tu deras kali, kami biasanya menyuci di sini,” jelasnya.
Tak ada air, hanya bercak yang tertinggal di dinding kolam yang menandakan bahwa pernah ada air yang mengalir disana.


Bebatuan yang biasanya digunakan masyarakat untuk alas menyuci tampak berbaris tegak. Dibawahnya ada air yang menggenang bersama sampah-sampah yang tersisa.

Sepanjang kolam tak sedikitpun menyisakan air, hanya tampak genangan air berukuran sekitar empat meter dengan dalam sekitar 20 sampai 30 sentimeter yang berada di kolam paling besar. Ikan-ikan kecil masih berenang di sana, namun tak ada tujuan. Biasanya kolam iniadalah lokasi yang paling dalam.

Pengunjung yang biasanya datang untuk mandi dan bermain air kini sibuk mengabadikan kejadian yang langka ini.

Tak ada yang tau penyebab pasti. Namun beberapa bulan terakhir lokasi ini sudah lama tidak turun hujan.

Diperkirakan kolam sudah mengalami kekeringan sejak bulan enam lalu, dan tingkat kekeringan terparahnya pada bulan Juli.

Mira, pengunjung lain mengatakan bahwa ini merupakan kali pertamanya ia mendengar tempat pemandian tersebut tak berair.

“Baru ini saya dengar  Mata ie kering, biasanya enggak pernah,”ucapnya.


Lokasi tersebut hanya menjadi kolam kosong tak berair. Isinya hanya bebatuan kecil dan sisa-siasa sampah yang tenggelam yang kini hampir menyatu dengan tanah. Tak ada lagi gemuruh suara air, hanya suara hewan hutan yang terdengar jelas bersahut-sahutan.

Para pedagang yang biasanya sibuk melayani pelanggan hanya duduk santai tak tau hendak berbuat apa. Sebab tak ada yang membeli dan tak ada yang bisa terjual.

Begitulah gambaran dari Krueng Aceh beberapa hari yang lalu. Namun sekarang, setelah hujan mengguyur selama seminggu terakhir kolam Mata Ie kembali di kunjugi para pengunjung yang bergantung padanya dalam keseharian.


Semoga Mata Ie selalu menjadi sumber mata air Krueng Daroy dan menjadi objek wisata sejarah yang memiliki cerita panjang dari generasi ke generasi.

1 komentar

  1. Good job...πŸ–’πŸ–’πŸ–’terus lah berkaya dan mengeksplore dunia di sekitar kamu baik menggunakan tulisan ataupun foto-foto yang kamu ambil.

    BalasHapus